BLUE GREY RED

      

Bahasa Menentukan Pikiran atau Pikiran yang Menentukan Bahasa?

PDFPrintE-mail

Mana yang lebih dulu diciptakan? Telur atau ayam?

Pertanyaan tersebut agaknya memiliki persoalan yang mirip untuk menjawab pertanyaan terkait bahasa dan pikiran. Memang masing-masing pandangan akan memiliki dasar yang logis untuk menjadikan asumsinya menjadi benar. Seperti yang pernah dikemukakan oleh Sapir dan Whorfian (1956), bahasa dan pikiran sesungguhnya memiliki keterkaitan yang sangat erat. Kedua pandangan mereka lantas memunculkan berbagai dukungan dari masyarakat yang membuat teori mereka terbagi atas versi kuat dan versi lemah.

  • Versi kuat : Bahasa menjadi penentu pikiran penuturnya. Studi-studi terdahulu pada orang-orang Eskimo kerap dikutip sebagai bukti bagi hipotesis ini. Studi tersebut menyatakan bahwa orang-orang Eskimo memiliki perbendaharaan kata yang jauh lebih banyak untuk berbagai jenis salju ketimbang orang-orang non-Eskimo. Dengan kata lain, kekayaan bahasa seseorang, akan menjadi piranti perkembangan pikirannya sehingga keberadaan bahasa menjadi penentu pikirannya.
  • Versi lemah : Bahasa hanya memengaruhi pikiran. Ada mungkin perbedaan-perbedaan bahasa yang memengaruhi pikiran seseorang. Akan tetapi, bisa saja bahasa tersebut justru dibuat dari pikiran seseorang. Dengan kata lain sesungguhnya pikiran manusia lah yang menjadikan bahasa itu ada.

Hingga kini pandangan tentang bahasa dan pikiran masih terus berkembang seiring perubahan zaman. Sebagai salah satu referensi kebahasaan, PT Penerbit Erlangga menerbitkan sebuah buku yang berjudul “Psikologi Kognitif”. Buku ini turut membahas terkait pikiran manusia yang lebih kompleks termasuk kaitannya dengan bahasa. 

[DS]
Sumber gambar :
happylearningjapanese.com

Bahasa Menentukan Pikiran atau Pikiran yang Menentukan Bahasa?

Mana yang lebih dulu diciptakan? Telur atau ayam?

Pertanyaan tersebut agaknya memiliki persoalan yang mirip untuk menjawab pertanyaan terkait bahasa dan pikiran. Memang masing-masing pandangan akan memiliki dasar yang logis untuk menjadikan asumsinya menjadi benar. Seperti yang pernah dikemukakan oleh Sapir dan Whorfian (1956), bahasa dan pikiran sesungguhnya memiliki keterkaitan yang sangat erat. Kedua pandangan mereka lantas memunculkan berbagai dukungan dari masyarakat yang membuat teori mereka terbagi atas versi kuat dan versi lemah.

· Versi kuat : Bahasa menjadi penentu pikiran penuturnya. Studi-studi terdahulu pada orang-orang Eskimo kerap dikutip sebagai bukti bagi hipotesis ini. Studi tersebut menyatakan bahwa orang-orang Eskimo memiliki perbendaharaan kata yang jauh lebih banyak untuk berbagai jenis salju ketimbang orang-orang non-Eskimo. Dengan kata lain, kekayaan bahasa seseorang, akan menjadi piranti perkembangan pikirannya sehingga keberadaan bahasa menjadi penentu pikirannya.

· Versi lemah : Bahasa hanya memengaruhi pikiran. Ada mungkin perbedaan-perbedaan bahasa yang memengaruhi pikiran seseorang. Akan tetapi, bisa saja bahasa tersebut justru dibuat dari pikiran seseorang. Dengan kata lain sesungguhnya pikiran manusia lah yang menjadikan bahasa itu ada.

Hingga kini pandangan tentang bahasa dan pikiran masih terus berkembang seiring perubahan zaman. Sebagai salah satu referensi kebahasaan, PT Penerbit Erlangga menerbitkan sebuah buku yang berjudul “Psikologi Kognitif”. Buku ini turut membahas terkait pikiran manusia yang lebih kompleks termasuk kaitannya dengan bahasa. Informasi lengkap buku dapat Anda akses di sini.

[DS]

Bahasa Menentukan Pikiran atau Pikiran yang Menentukan Bahasa?

Mana yang lebih dulu diciptakan? Telur atau ayam?

Pertanyaan tersebut agaknya memiliki persoalan yang mirip untuk menjawab pertanyaan terkait bahasa dan pikiran. Memang masing-masing pandangan akan memiliki dasar yang logis untuk menjadikan asumsinya menjadi benar. Seperti yang pernah dikemukakan oleh Sapir dan Whorfian (1956), bahasa dan pikiran sesungguhnya memiliki keterkaitan yang sangat erat. Kedua pandangan mereka lantas memunculkan berbagai dukungan dari masyarakat yang membuat teori mereka terbagi atas versi kuat dan versi lemah.

  • Versi kuat : Bahasa menjadi penentu pikiran penuturnya. Studi-studi terdahulu pada orang-orang Eskimo kerap dikutip sebagai bukti bagi hipotesis ini. Studi tersebut menyatakan bahwa orang-orang Eskimo memiliki perbendaharaan kata yang jauh lebih banyak untuk berbagai jenis salju ketimbang orang-orang non-Eskimo. Dengan kata lain, kekayaan bahasa seseorang, akan menjadi piranti perkembangan pikirannya sehingga keberadaan bahasa menjadi penentu pikirannya.
  • Versi lemah : Bahasa hanya memengaruhi pikiran. Ada mungkin perbedaan-perbedaan bahasa yang memengaruhi pikiran seseorang. Akan tetapi, bisa saja bahasa tersebut justru dibuat dari pikiran seseorang. Dengan kata lain sesungguhnya pikiran manusia lah yang menjadikan bahasa itu ada.

Hingga kini pandangan tentang bahasa dan pikiran masih terus berkembang seiring perubahan zaman. Sebagai salah satu referensi kebahasaan, PT Penerbit Erlangga menerbitkan sebuah buku yang berjudul “Psikologi Kognitif”. Buku ini turut membahas terkait pikiran manusia yang lebih kompleks termasuk kaitannya dengan bahasa. Informasi lengkap buku dapat Anda akses di sini.

[DS]

Most Read Articles

emir