Dipublikasikan pada: 02 May 2024
KAWASAN tanpa asap rokok semakin lama semakin banyak. Akan tetapi, angka perokok tak banyak berkurang. Para perokok terus tumbuh, bahkan terjadi regenerasi. Larangan tak tegas menjadi salah satu penyebab selain faktor-faktor lain.
Di luar negeri, banyak negara yang melarang keras rokok dinyalakan. Denda tinggi akan menanti para perokok. Harga rokok pun sangat mahal. Hanya orang-orang berduit yang bisa merokok. Jika tanggung uang, akan mungkin akan dapat menghisap rokok. Belum lagi secara agama, yang dengan jelas mengharamkan rokok.
Tapi di negeri ini, rokok begitu mudah didapat. Harganya pun relatif murah. Secara agama juga tidak begitu tegas soal keharamannya. Para perokok pun berasal dari banyak kalangan. Dari berbagai strata ekonomi juga. Yang kaya dan miskin, yang berpendidikan tinggi maupun rendah. Ironisnya, mereka yang berpendapatan rendah, miskin, dan kurang terpelajar justru yang terbanyak menjadi perokok.
Yang lebih parah adalah makin mudanya usia para perokok. Para perokok muda ini makin banyak terpengaruh dalam pergaulan. Apalagi, produsen rokok sepertinya memang mengincar para perokok muda. Iklan rokok selalu dikaitkan dengan anak-anak muda. Mereka masuk dan mensponsori acara pertunjukan musik, olahraga, dan lainnya.
Hampir tak ada aturan yang membatasi kondisi ini. Ada di aturan penyiaran, dilonggarkan pada area luar ruang. Di luar ruang, iklan rokok bebas mengambil segmen. Tentu dengan aturan tidak secara transparan mengiklankan rokok. Lumayanlah. Masih ada aturan yang tidak terlalu bebas.
Tapi bagaimanapun, prevalensi merokok kaum muda yang terus meningkat telah menjadi ancaman konkret. Makin banyak perokok muda, kader perokok akan makin banyak. Ancaman penyakit kronis juga makin melebar di masa depan.
Tidak adanya upaya membatasi produksi rokok secara massal menjadikan kampanye antirokok seakan sia-sia belaka. Belakangan, bahkan para perokok seakan mendapatkan pembenaran dari yang mereka lakukan. Sebab, sebagian cukai rokok disalurkan untuk pembayaran BPJS. Banyak di antara perokok yang kemudian dengan bangganya menghisap rokok karena telah membantu orang-orang sakit.
Buku ini menjadi semacam panduan bagi mereka yang terlibat di dunia pendidikan untuk mencegah dan menyetop perilaku merokok.
Penulis : Asrorun Ni’am Sholeh
Penerbit : Erlangga, Jakarta
Cetakan : Pertama, 2018
Tebal : xix + 107 Halaman
Resensi 21 November 2018